Energi Panas Bumi Jadi Pilar Utama Transisi Energi Bersih Nasional

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38:10 WIB
Energi Panas Bumi Jadi Pilar Utama Transisi Energi Bersih Nasional

JAKARTA - Analis pasar modal dari Bahana Sekuritas, Jeremy Mikael, menilai bahwa PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE/PGEO) memiliki posisi strategis dalam mendorong transisi energi Indonesia. 

Energi panas bumi yang dikelola PGE bukan hanya bersih, tetapi juga memiliki karakter baseload, sehingga dapat menjaga keandalan sistem kelistrikan nasional sambil meningkatkan kontribusi Energi Baru Terbarukan (EBT).

"Dengan target pengembangan kapasitas menuju satu gigawatt (GW) dan produksi 5,5–6,0 gigawatt hour (GWh) pada 2028, PGEO menawarkan kombinasi pertumbuhan yang terukur dan profil bisnis yang relatif defensif," kata Jeremy.

Menurutnya, pipeline ekspansi PGE jelas dan terukur, menjadikan perusahaan ini solid untuk memanfaatkan momentum transisi energi. 

Selain itu, dari perspektif pasar saham, PGEO dinilai memiliki potensi pertumbuhan positif dengan risiko yang lebih terkendali dibanding emiten EBT lainnya maupun sektor pertambangan mineral dan logam.

Pertumbuhan Kapasitas dan Produksi yang Terukur

Jeremy menjelaskan bahwa karakter bisnis panas bumi relatif stabil, sehingga pendapatan dan laba PGE lebih konsisten. PGE menargetkan menjadi satu GW company melalui pengembangan sejumlah proyek strategis, yang menjadi daya tarik bagi investor yang ingin berinvestasi pada energi hijau dengan risiko terkendali.

"Kami melihat dalam tiga tahun ke depan, kapasitas PGEO berpotensi mencapai satu GW. Hal ini dapat mendorong total produksi listrik menjadi sekitar 5,5–6,0 GWh," ujar Jeremy. 

Proyeksi EBITDA PGE pada 2028 diperkirakan mencapai USD484 juta (CAGR 2024–2028: 11 persen), sementara laba bersih mencapai USD201 juta (CAGR 2024–2028: 5,8 persen).

Selain pertumbuhan kapasitas, neraca keuangan PGE juga sehat. Gearing ratio di bawah rata-rata industri, sehingga perusahaan memiliki debt head room untuk ekspansi bila dibutuhkan.

"PGEO memiliki growth story yang jelas dari sisi penambahan kapasitas secara organik. Dari sisi valuasi, PGEO masih relatif reasonable dibandingkan pemain panas bumi lainnya di Indonesia," tambah Jeremy.

Prospek Panas Bumi dalam Kontribusi EBT Nasional

Sektor EBT Indonesia diproyeksikan tumbuh pesat seiring target Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. 

Dalam dokumen tersebut, kontribusi listrik dari EBT ditargetkan mencapai 30 persen pada 2034 dengan tambahan kapasitas 52,8 GW. Dari jumlah tersebut, panas bumi diperkirakan menyumbang sekitar 5,2 GW, meningkat signifikan dari kapasitas eksisting saat ini.

Selain itu, pangsa pasar EBT berdasarkan kapasitas terpasang ditargetkan naik menjadi 37,5 persen pada 2034, meningkat dari sekitar 9,6 persen saat ini. Jeremy menilai hal ini menunjukkan peluang besar bagi PGEO untuk memperkuat perannya dalam transisi energi nasional.

Momentum Saham PGE dan Minat Investor EBT

Jeremy juga mencatat bahwa saham PGE saat ini sedang dalam fase koreksi setelah mengalami kenaikan pada kuartal kedua dan ketiga 2025. Namun secara fundamental, prospek jangka menengah tetap menarik. Hal ini menunjukkan ketertarikan investor pada sektor EBT yang semakin meningkat.

"Melihat pergerakan beberapa saham di sektor EBT, minat investor mulai terlihat. Untuk PGEO, fundamentalnya tetap kuat dan prospek jangka menengahnya menjanjikan," jelas Jeremy.

Sinergi dan Koordinasi Proyek Panas Bumi

Suksesnya pengembangan panas bumi tidak hanya bergantung pada kapasitas produksi, tetapi juga pada sinergi antar pemangku kepentingan. Jeremy menekankan peran Danantara dalam mendukung kesepakatan kerja sama antara PGEO dan PT PLN (Persero), termasuk anak usaha PLN, Indonesia Power.

Kerja sama ini melibatkan pengembangan 19 proyek panas bumi dengan total potensi kapasitas tambahan hingga 530 megawatt (MW). Sinergi tersebut memungkinkan koordinasi yang lebih selaras antara PGEO sebagai pengembang dan PLN sebagai offtaker tunggal.

"Dengan keterlibatan Danantara, koordinasi antara PGEO dan PLN dapat berjalan lebih selaras dalam pengembangan proyek ke depan," terang Jeremy.

Tantangan dan Strategi Pengembangan Panas Bumi

Pengembangan panas bumi menghadapi tantangan terkait investasi awal, perizinan, dan pengadaan lahan. Namun, karakter bisnis panas bumi yang stabil dan risiko yang terukur membuat sektor ini menarik bagi investor jangka panjang. 

PGE memanfaatkan pipeline yang jelas, kapasitas yang terukur, dan manajemen risiko yang baik sebagai strategi utama.

Selain itu, target produksi 5,5–6,0 GWh pada 2028 sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendorong energi bersih sekaligus meningkatkan keandalan kelistrikan nasional. Langkah ini juga mendukung target bauran EBT nasional yang lebih tinggi dan menurunkan ketergantungan pada energi fosil.

PGE sebagai Penggerak Transisi Energi Nasional

Dengan pipeline ekspansi jelas, kapasitas yang terukur, dan karakter bisnis stabil, PGE berada pada posisi strategis dalam memperkuat transisi energi nasional. Saham PGEO memiliki prospek pertumbuhan yang menarik dengan risiko relatif terkendali.

Pemerintah menargetkan peningkatan kontribusi EBT secara nasional, di mana panas bumi memainkan peran signifikan. Sinergi antara PGEO, PLN, dan Danantara menjadi kunci keberhasilan proyek-proyek panas bumi. 

Dengan pendekatan yang sistematis, energi panas bumi diharapkan menjadi pilar penting menuju masa depan energi bersih Indonesia.

Terkini